Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Ada yang Tahu, Saya sedang Ada Di mana?

Unsplash/waves Memisahkan kehidupan di dunia bukan berarti meninggalkan kehidupan di dunia, ia tumpangtindih, seperti ombak dan daratan. Ombak sesekali akan menuju daratan, dan sesekali pergi menjauh: tak selamanya menetap. Dan daratan tak berharap banyak untuk disinggahi ombak, namun setiap  ketika ada angin, angin mau membawa menyinggahi kehidupan, bahkan dengan besar.  *** Hallo, Manusianya ada? Oh, tidak ada ya? Kira-kira Manusia ada di mana ya? Mengurusi segala kehidupan di dunia bukanlah kuasa kita. Konsep Tuhan jelas meniadakan manusia sebagai pemilik abadi, dunia bukanlah milik manusia. Kita dihidupkan dan diciptakan hanya sebagai "tamu" yang dimuliakan, walau tak diagungkan. Penggunaan diksi ini sudah membedakan perspektif di mana posisi manusia, dengan posisi Tuhan yang sebagai Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Besar jelas pada tingkatan yang berbeda. Mulia adalah terhormat, yang tinggi. Maksudnya posisi ini tertinggi dari posisi manusia. Maka da

Seorang Budak dan Buku

dulu, mungkin Endonesia mengenal yang namanya budak, jongos, pembantu, atau apalah itu. kerja rodi untuk para sahabatsahabat negara, untuk negara juga tentunya. Upeti atau apalah itu. apakah saat itu ada pahlawan? untuk membebaskan budak-budak itu? tentu saja ada. yang berupaya meminta para sahabat pulang karena saatnya tlah tiba adalah pahlawan, sebab sifat ksatrianyalah yang sederhana nan guna membawa para sahabat berbalik arah. ksatria yang belum begitu mewah di masa itu. kenapa ada budak di masa itu? mungkin Endonesia sedang terpenjara, terjerat pasal kebohongankebohongan yang dibuatnya sendiri. sehingga, rakyatnya yang menjadi budak-budak negara lain. itu dulu... apakah ada budak yang bisa menjadi pahlawan bagi tuannya? ada. yakni. ialah mereka yang membaca buku. buku bisa menjadi tuan bagi mereka para budak. budak bisa menyelamatkan kata-kata yang terpenjara, membantu memaknai makna yang tak pernah selesai. budak yang pintar bisa membaca masalah-masalah di d

Bukan Palindrom

Aku sedang menyuapi mulutku dengan semangkuk sereal rasa cokelat. Penuh dengan susu putih murni. Di seberang mangkok sereal ku ada sebuah jurnal filsafat yang baru aku beli di toko buku ujung kompleks. Masih dengan bungkus barunya. Tepat di depanku pas. Keinginan untuk membukanya sangat besar. Di waktu yang sama, di tempat yang lain, aku sedang meninggalkan cucian ku yang di mesin cuci dan aku tahu ada selembar pakaian yang musti aku cuci malam ini, supaya besok tetap kering. Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda, aku teringat tugas magisterku untuk dikumpulkan besok. Dan itu hal yang mustahil jika aku mengerjakan besok karena seperti aku sedang membunuh diriku sendiri. Dan di hadapanku sekarang adalah sebuah tulisan-tulisan yang menceritakan: tak ada hal yang sedang ku kerjakan malam ini. Ini malam kerjakan ku sedang gang hal ada tak: menceritakan yang tulisan-tulisan sebuah adalah sekarang hadapanku di dan. Sendiri diriku membunuh sedang aku seperti karena besok mengerjakan aku

Cita-Cita Muskito

Unsplash/quran Abah selalu meminta kepada anak-anaknya supaya kelak ketika salah satu anaknya menjadi seorang dokter, maka tidak boleh membuat pasien merasa tertekan karena penyakitnya, justru harus memotivasi supaya sembuh. Abah juga mengajarkan anaknya yang akan menjadi dokter itu untuk selalu meminta kepada Allah untuk diberi kemudahan dalam menangani pasien. Salah satu kandidat dokter adalah Kamila, anak pertama Abah yang sudah punya bakat menduduki peringkat tertinggi berturut-turut di setiap jenjang kelas. Jika berhasil menjadi dokter, nama Kamila akan berubah menjadi Dr. Kamila Ayu. Abah tak pernah memaksa anaknya untuk menjadi seorang seniman, karena seniman adalah orang yang benar-benar bisa melihat keindahan yang mungkin tidak orang lain lihat yang dikonkret menjadi sebuah karya. Entah rupa, suara, lukis, tari, musik, dan sebagainya. Jika seorang seniman dianggap sebagai sebuah pekerjaan, Abah tidak meyakini hal itu. Bagaimanapun juga, bagi Abah keindahan sebuah

Apakah Bahagia Benar Menjadi Salah Satu Tujuan Hidup?

Unsplash/happy Dari pandangan tentang tujuan kehidupan manusia, Aristoteles memilih kata kebahagiaan sebagai jawabannya. Namun, apakah Aristoteles serta merta mengamini tujuan itu? Dan apakah tujuan tersebut membuat manusia tahu tujuan hidupnya?  Kebutuhan menjadi manusia, adalah yang sedang aku cari selama ini. Menjadi manusia kata Aristoteles memiliki tujuan mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan itu bisa di dapat dengan mencapai sebuah kenikmatan. Kenikmatan yang musti kita cermati, yakni kenikmatan yang sebenar-benarnya dapat memenuhi menjadi manusia itu sendiri. Ia mencontohkan, makan dan sex serta menghindari rasa-rasa sakit adalah capaian kebutuhan kenikmatan ala "hewan ternak".  Ya, apa yang dilakukan ternak ia akan mencari makan ketika lapar, dan sex, tentu ia akan mencari pasangan yang mau melakukan hubungan itu, serta siapa-apa yang akan menyakitinya mereka akan lari ataupun menyerang. Itu semua adalah kenikmatan untuk mencapai bahagia: tujuan dari hid

Pisang Getah Karet

Sri berkata-kata sambil bertatapan dengan bilik rumah yang terbuat dari bambu itu. "Sampai kapan aku bahagia dengan cara yang tidak seperti ini, Tuhan? Akankah Engkau mau memberikan sesuatu yang lain untukku, di tahun ini? Aku siap untuk kaya, Tuhan. Aku tidak akan main-main jika kau izinkan menjadi orang kaya. Tetapi tidak mungkin aku begitu, aku terlalu pesimis. Oh, Tuhan, tapi aku mau, " Dari celah bambu, angin berembus menerpa wajahnya. Sinar-sinar mulai menyelinap perlahan memanjang, dan menghujam wajahnya dan berbelok ke arah lantai rumah.  "Sri! Sri! Kamu dari mana?" "Aku dari rumah lho, Mak, eh di rumah, Mak. Ini baru selesai sujud, ada apa?" "Tadi kamu di Panggil Pak Jumari, untuk membantunya mengiret getah karet," "Apa yang terjadi dengan si Wawan yang membantunya selama ini?" "Wawan akan menikah, Sri. Dengan Asri putri Pak Wo," Sri mengunci mulutnya dan mengambil selendang untuk menutupi kepala

Ndusel Itu Enak, Kok Dilarang Sih :(

Ndusel atau ngungsel dalam bahasa Indonesia berarti ingin memeluk. Kata kerja tersebut akan terlaksana ketika dihadiri oleh dua objek. Pertama, disebut pendusel, atau objek utama, pelaku atau yang melakukan aktivitas dominan dari ndusel, kedua liyan sebagai objek pendukung. Walaupun berarti ingin memeluk namun, pada kenyataanya ndusel bisa dilakukan sambil memeluk. Ndusel, biasanya dilakukan oleh manusia, hewan tak terkecuali tanaman/pohon. Manusia dengan manusia, hewan dengan hewan. Manusia dengan hewan. Hewan dengan tanaman dimungkinkan bisa, tak terkecuali manusia dengan tanaman pun dapat dilakukan. Bagi dendrophilia (dalam psikologis istilah ini disebut sebagai kelainan seksual, yakni ada ketertarikan seksual ketika melihat pohon) hal ini sah-sah saja. Baginya, pohon bisa memuaskan hasrat seksualitasnya. Makna ndusel merupakan sebuah ekspresi seseorang yang sedang dalam kondisi manja. Manja ini, bisa disebut hasrat naluriah untuk diberikan rasa aman pada waktu tertentu. Ma

Mengambil Jarak dengan Uang

                   Sumber foto: unsplash Mengambil sikap berjarak dengan uang merupakan sebuah keputusan yang sulit. Mengambil jarak maksudnya, bagaimana saya kembali menjadi 'tuan' mereka, setelah selama ini saya mempertuankan uang. Uang mengontrol saya, hingga saya merasa begitu dikontrol uang. Bayangkan, setiap waktu saya ingin bersama uang, menempelkan tangan pada dompet saya dengan intensitas yang tinggi di setiap harinya. Uang berkurang tanpa prediksi, dan perencanaan, kelimpungan, dan serba salah ketika menipis. Dan karena alasan-alasan tersebut, membuat saya untuk secepatnya mengambil keputusan untuk tidak terlalu dekat-dekat dengan uang. Menghabiskan waktu dengan uang: mendapatkan ataupun menggunakan, sama saja  melekatkan diri saya dengan uang. Hingga di suatu titik, saya memandang standar kehidupan bahagia mengukurnya dengan nominal uang yang ada di rekening saya. Saya bisa membeli apapun dengan uang dan hidup saya akan bahagia. Hal itu bukan membuat saya bah

Apakah KBBI Pantas Disebut 'Kitab'?

Dalam sebuah diskusi, teks merupakan muatan wacana. Sependek pengetahuan saya, teks dan wacana berada pada ranah konsep/abstrak. Sedangkan naskah merupakan kongkretisasi teks. Teks dan naskah berbeda. Jika pengertian teks = naskah (dalam KBBI), naskah identik dengan tulisan, maka pengertian KBBI ini, tidak relevan dengan paradigma teks juga ada yang berupa lisan. Pembekuan pengertian dalam KBBI, terkadang belum memuaskan, entah apa tujuannya. Mungkin KBBI adalah teks. Dan di sekitarnya terdapat wacana: politik bahasa. jika seperti ini, apakah KBBI pantas dikatakan sebagai 'kitab'? 🙂 2019

Kucing Hitam: Tak Selamanya Dunia itu Surga

bukukita.com Pembacaan saya terhadap karya Poe adalah justru tentang kemanusiaan. Karya Poe mengisahkan bahwa, di dunia tidak selamanya  surga, tidak selalu keindahan yang ada di dunia membuat kita semakin mengerti arti kemanusiaan. Poe menyadarkan bahwa, banyak kejadian kehidupan yang sengaja sering tak sanggup kita lihat, padahal kita akui ada. Karya nya, Kucing Hitam ini, mengantarkan kita pada cerita-cerita kebengisan, yang bisa dikatakan sepatutnya kita musti sama-sama mengetahui dan menerima. Judul                                  : Kucing Hitam Penulis                               : Edgar Allan Poe Tahun Terbit Terjemahan   : 2004 Penerjemah                       : Anton Kurnia Penerbit                             : Penerbit NuansA Kota Penerbit                     : Bandung Saya belum cukup yakin, bahwa karya Kucing Hitam goresan tangan Alan Poe, akan diterima di Indonesia sebab, salah satu cerita yang saya baca, penuh dengan adegan kekeras

Sastra: Karya, Fungsi, dan After Teast

Secara teoretis, sastra dibedakan menjadi dua. Pertama, karya sastra kreatif ( creat /menciptakan), yang kedua karya satra ilmiah. Karya sastra yang pertama mengacu pada karya sastra imajinatif, yakni puisi, prosa, dan drama, sedangkan sastra ilmiah, atau karya non-imajinatif mengacu pada kritik, teori, dan sejarah sastra. Linguis Perancis meyakini terdapat salah satu bentuk karya sastra yang diyakin sebagai karya sastra non-imajinatif, yakni esai. Namun, pandangan tersebut belum diterima di Indonesia. Di Indonesia, masih menempatkan esai sebagai karya non-fiksi, bahkan disebut ilmiah populer. Namun, bukankah sebuah keanehan, kata 'sastra' yang berarti pengajaran itu, mulanya datang secara mandiri, membawa sebuah konsep yang independen, tetiba ada sesuatu yang sengaja membelahnya menjadi dua. Dan penamaan hasil pembagiannya menyisipkan sebuah watas berupa kata menjadi frasa yang maknanya justru sangat sempit dengan kata induknya yakni sastra, yakni menjadi: karya sastra.

seb-ab

rebah, aku terpahat sebuah sebahat kepala penuh sesak menanti sanubari sebati dengan hati. saban hari, santai sebai menggantung di leher, menemani udara melewati kerongkongan supaya tetap berhembus halus. mata sebam, karena sebat menghentak-hentak keseringan, sebab, sebat menghentak-hentak keseringan, maka buai terasa lembut di helai. ini seperti, sebabat menggantung pada sebab, dan biduk sibak, meretak. 2019