Langsung ke konten utama

Pisang Getah Karet

Sri berkata-kata sambil bertatapan dengan bilik rumah yang terbuat dari bambu itu.

"Sampai kapan aku bahagia dengan cara yang tidak seperti ini, Tuhan? Akankah Engkau mau memberikan sesuatu yang lain untukku, di tahun ini? Aku siap untuk kaya, Tuhan. Aku tidak akan main-main jika kau izinkan menjadi orang kaya. Tetapi tidak mungkin aku begitu, aku terlalu pesimis. Oh, Tuhan, tapi aku mau, "

Dari celah bambu, angin berembus menerpa wajahnya. Sinar-sinar mulai menyelinap perlahan memanjang, dan menghujam wajahnya dan berbelok ke arah lantai rumah. 

"Sri! Sri! Kamu dari mana?"
"Aku dari rumah lho, Mak, eh di rumah, Mak. Ini baru selesai sujud, ada apa?"
"Tadi kamu di Panggil Pak Jumari, untuk membantunya mengiret getah karet,"
"Apa yang terjadi dengan si Wawan yang membantunya selama ini?"
"Wawan akan menikah, Sri. Dengan Asri putri Pak Wo,"

Sri mengunci mulutnya dan mengambil selendang untuk menutupi kepalanya.

"Mau ke mana, Sri?"
"Ke hutan karet, bertemu Pak Jumari, setelah itu ke rumah Wawan, menyekik lehernya,".
" Jangan, Sri, jangan!"

Mak menggigit bibir dan mengerutkan dahinya, memandang punggung Sri semakin menjauh.

---
"Salah apa aku, Pak Jum, salah apa!" Teriak Sri di hadapan Pak Jum yang sedang mengiret getah karet.

"Tidak ada yang salah, Sri, semua orang berhak memilih hidupnya, termasuk si Wawan,"

"Iya, Pak Jum, tapi aku tak menyangka!" Sri mulai menaikkan nada suaranya, dan hampir seluruh anggota gerak badannya, bergerak, "dasar, lelaki buaya! Berani-beraninya dia mempermainkanku. Tidak, tidak hanya dia, dia dan dua orang temannya, Pak Jum, tiga! Tiga laki-laki brengsek itu omongannya kosong! Di sekitar pepohonan karet yang rindang ini, Pak Jum! Mereka, mereka, mengoyak tubuhku dengan janji-janji mereka!"

"Apa yang mereka janjikan kepadamu?"

"Sebuah kebun pisang  milik si Darsam akan diberikan kepadaku, dan, ... "

"Dan apa?" Pak Jum, penasaran, "Dan apa, Sri, katakan!"

"Dan, Samsul,"

"Samsul, Samsul anakku?"

"I, i, i, ya, Pak"

"Samsul salah satu dari ketiga lekaki yang mengoyak tubuhmu?"

Sri hanya menunduk, dan tubuhnya kaku.

"Astaghfirullah, Samsuuul," Pak Jum menghentikan pekerjaanya, dan mengemasi ke dalam karung, dan mengikatnya cepat-cepat, menuju sepeda motornya, meninggalkan, Sri.

"Tidak bisa begini, Tiiiidak, tidak bisa begini!"

Suara Pak Jum lamat-lamat hilang ditelan kemarahannya.

---

"Sri, seluruh hutan karet ini akan jadi milikmu, Sri!" Samsul berseloroh.
"Sri, kebun pisang itu juga!" Dasrun menunjuk kebun pisang di belakang rumahnya.

"Aku tidak percaya," kata Sri.

"Kamu harus percaya pada lelaki, Sri, karena saat menikah, kamu harus taat sama suamimu?"

"Tidak selamanya begitu,"

"Ah, Sri, Sri, kau memang tak bakat percaya, hidup kamu memang untuk ragu, Sri. Ragu itu tidak bisa membuat kamu berpikir jernih, Sri,"

"Justru dengan ragu lah, kita bisa lebih ber hati-hati, tidak percaya begitu saja, bisa dicek kebenarannya," jawab Sri, "aku tak akan percaya semua yang akan kalian omongkan akan terjadi, apa itu pohon karetlah, kebun pisanglah, aku tahu, itu semua milik orang tua kalian!"


  • "Jika kau tak percaya







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apakah Bahagia Benar Menjadi Salah Satu Tujuan Hidup?

Unsplash/happy Dari pandangan tentang tujuan kehidupan manusia, Aristoteles memilih kata kebahagiaan sebagai jawabannya. Namun, apakah Aristoteles serta merta mengamini tujuan itu? Dan apakah tujuan tersebut membuat manusia tahu tujuan hidupnya?  Kebutuhan menjadi manusia, adalah yang sedang aku cari selama ini. Menjadi manusia kata Aristoteles memiliki tujuan mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan itu bisa di dapat dengan mencapai sebuah kenikmatan. Kenikmatan yang musti kita cermati, yakni kenikmatan yang sebenar-benarnya dapat memenuhi menjadi manusia itu sendiri. Ia mencontohkan, makan dan sex serta menghindari rasa-rasa sakit adalah capaian kebutuhan kenikmatan ala "hewan ternak".  Ya, apa yang dilakukan ternak ia akan mencari makan ketika lapar, dan sex, tentu ia akan mencari pasangan yang mau melakukan hubungan itu, serta siapa-apa yang akan menyakitinya mereka akan lari ataupun menyerang. Itu semua adalah kenikmatan untuk mencapai bahagia: tujuan dari hid...

Ada yang Tahu, Saya sedang Ada Di mana?

Unsplash/waves Memisahkan kehidupan di dunia bukan berarti meninggalkan kehidupan di dunia, ia tumpangtindih, seperti ombak dan daratan. Ombak sesekali akan menuju daratan, dan sesekali pergi menjauh: tak selamanya menetap. Dan daratan tak berharap banyak untuk disinggahi ombak, namun setiap  ketika ada angin, angin mau membawa menyinggahi kehidupan, bahkan dengan besar.  *** Hallo, Manusianya ada? Oh, tidak ada ya? Kira-kira Manusia ada di mana ya? Mengurusi segala kehidupan di dunia bukanlah kuasa kita. Konsep Tuhan jelas meniadakan manusia sebagai pemilik abadi, dunia bukanlah milik manusia. Kita dihidupkan dan diciptakan hanya sebagai "tamu" yang dimuliakan, walau tak diagungkan. Penggunaan diksi ini sudah membedakan perspektif di mana posisi manusia, dengan posisi Tuhan yang sebagai Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Besar jelas pada tingkatan yang berbeda. Mulia adalah terhormat, yang tinggi. Maksudnya posisi ini tertinggi dari posisi manusia. Maka da...

Mengambil Jarak dengan Uang

                   Sumber foto: unsplash Mengambil sikap berjarak dengan uang merupakan sebuah keputusan yang sulit. Mengambil jarak maksudnya, bagaimana saya kembali menjadi 'tuan' mereka, setelah selama ini saya mempertuankan uang. Uang mengontrol saya, hingga saya merasa begitu dikontrol uang. Bayangkan, setiap waktu saya ingin bersama uang, menempelkan tangan pada dompet saya dengan intensitas yang tinggi di setiap harinya. Uang berkurang tanpa prediksi, dan perencanaan, kelimpungan, dan serba salah ketika menipis. Dan karena alasan-alasan tersebut, membuat saya untuk secepatnya mengambil keputusan untuk tidak terlalu dekat-dekat dengan uang. Menghabiskan waktu dengan uang: mendapatkan ataupun menggunakan, sama saja  melekatkan diri saya dengan uang. Hingga di suatu titik, saya memandang standar kehidupan bahagia mengukurnya dengan nominal uang yang ada di rekening saya. Saya bisa membeli apapun dengan uang dan hidup say...