Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

Ada yang Tahu, Saya sedang Ada Di mana?

Unsplash/waves Memisahkan kehidupan di dunia bukan berarti meninggalkan kehidupan di dunia, ia tumpangtindih, seperti ombak dan daratan. Ombak sesekali akan menuju daratan, dan sesekali pergi menjauh: tak selamanya menetap. Dan daratan tak berharap banyak untuk disinggahi ombak, namun setiap  ketika ada angin, angin mau membawa menyinggahi kehidupan, bahkan dengan besar.  *** Hallo, Manusianya ada? Oh, tidak ada ya? Kira-kira Manusia ada di mana ya? Mengurusi segala kehidupan di dunia bukanlah kuasa kita. Konsep Tuhan jelas meniadakan manusia sebagai pemilik abadi, dunia bukanlah milik manusia. Kita dihidupkan dan diciptakan hanya sebagai "tamu" yang dimuliakan, walau tak diagungkan. Penggunaan diksi ini sudah membedakan perspektif di mana posisi manusia, dengan posisi Tuhan yang sebagai Maha Agung, Maha Kuasa, Maha Besar jelas pada tingkatan yang berbeda. Mulia adalah terhormat, yang tinggi. Maksudnya posisi ini tertinggi dari posisi manusia. Maka da

Seorang Budak dan Buku

dulu, mungkin Endonesia mengenal yang namanya budak, jongos, pembantu, atau apalah itu. kerja rodi untuk para sahabatsahabat negara, untuk negara juga tentunya. Upeti atau apalah itu. apakah saat itu ada pahlawan? untuk membebaskan budak-budak itu? tentu saja ada. yang berupaya meminta para sahabat pulang karena saatnya tlah tiba adalah pahlawan, sebab sifat ksatrianyalah yang sederhana nan guna membawa para sahabat berbalik arah. ksatria yang belum begitu mewah di masa itu. kenapa ada budak di masa itu? mungkin Endonesia sedang terpenjara, terjerat pasal kebohongankebohongan yang dibuatnya sendiri. sehingga, rakyatnya yang menjadi budak-budak negara lain. itu dulu... apakah ada budak yang bisa menjadi pahlawan bagi tuannya? ada. yakni. ialah mereka yang membaca buku. buku bisa menjadi tuan bagi mereka para budak. budak bisa menyelamatkan kata-kata yang terpenjara, membantu memaknai makna yang tak pernah selesai. budak yang pintar bisa membaca masalah-masalah di d

Bukan Palindrom

Aku sedang menyuapi mulutku dengan semangkuk sereal rasa cokelat. Penuh dengan susu putih murni. Di seberang mangkok sereal ku ada sebuah jurnal filsafat yang baru aku beli di toko buku ujung kompleks. Masih dengan bungkus barunya. Tepat di depanku pas. Keinginan untuk membukanya sangat besar. Di waktu yang sama, di tempat yang lain, aku sedang meninggalkan cucian ku yang di mesin cuci dan aku tahu ada selembar pakaian yang musti aku cuci malam ini, supaya besok tetap kering. Di waktu yang sama, di tempat yang berbeda, aku teringat tugas magisterku untuk dikumpulkan besok. Dan itu hal yang mustahil jika aku mengerjakan besok karena seperti aku sedang membunuh diriku sendiri. Dan di hadapanku sekarang adalah sebuah tulisan-tulisan yang menceritakan: tak ada hal yang sedang ku kerjakan malam ini. Ini malam kerjakan ku sedang gang hal ada tak: menceritakan yang tulisan-tulisan sebuah adalah sekarang hadapanku di dan. Sendiri diriku membunuh sedang aku seperti karena besok mengerjakan aku

Cita-Cita Muskito

Unsplash/quran Abah selalu meminta kepada anak-anaknya supaya kelak ketika salah satu anaknya menjadi seorang dokter, maka tidak boleh membuat pasien merasa tertekan karena penyakitnya, justru harus memotivasi supaya sembuh. Abah juga mengajarkan anaknya yang akan menjadi dokter itu untuk selalu meminta kepada Allah untuk diberi kemudahan dalam menangani pasien. Salah satu kandidat dokter adalah Kamila, anak pertama Abah yang sudah punya bakat menduduki peringkat tertinggi berturut-turut di setiap jenjang kelas. Jika berhasil menjadi dokter, nama Kamila akan berubah menjadi Dr. Kamila Ayu. Abah tak pernah memaksa anaknya untuk menjadi seorang seniman, karena seniman adalah orang yang benar-benar bisa melihat keindahan yang mungkin tidak orang lain lihat yang dikonkret menjadi sebuah karya. Entah rupa, suara, lukis, tari, musik, dan sebagainya. Jika seorang seniman dianggap sebagai sebuah pekerjaan, Abah tidak meyakini hal itu. Bagaimanapun juga, bagi Abah keindahan sebuah

Apakah Bahagia Benar Menjadi Salah Satu Tujuan Hidup?

Unsplash/happy Dari pandangan tentang tujuan kehidupan manusia, Aristoteles memilih kata kebahagiaan sebagai jawabannya. Namun, apakah Aristoteles serta merta mengamini tujuan itu? Dan apakah tujuan tersebut membuat manusia tahu tujuan hidupnya?  Kebutuhan menjadi manusia, adalah yang sedang aku cari selama ini. Menjadi manusia kata Aristoteles memiliki tujuan mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan itu bisa di dapat dengan mencapai sebuah kenikmatan. Kenikmatan yang musti kita cermati, yakni kenikmatan yang sebenar-benarnya dapat memenuhi menjadi manusia itu sendiri. Ia mencontohkan, makan dan sex serta menghindari rasa-rasa sakit adalah capaian kebutuhan kenikmatan ala "hewan ternak".  Ya, apa yang dilakukan ternak ia akan mencari makan ketika lapar, dan sex, tentu ia akan mencari pasangan yang mau melakukan hubungan itu, serta siapa-apa yang akan menyakitinya mereka akan lari ataupun menyerang. Itu semua adalah kenikmatan untuk mencapai bahagia: tujuan dari hid