Pasar tradisional, supermarket, atau toko penjual kebutuhan pokok memang masih beroperasi. Tak ada yang tahu, di situasi pandemi ini, kegiatan ekonomi masyarakat khususnya pangan, apakah akan stabil seperti bulan ini, untuk dua atau tiga bulan ke depan.
Masyarakat yang memiliki lahan, seperti persawahan, perkebunan, dan ternak kondisinya agaknya lebih baik dalam memenuhi kebutuhan pangan mereka, ketimbang masyarakat di daerah perkotaan yang "menunggu" kiriman hasil olahan hasil pertanian di desa, kecuali masyarakat kota yang bisa mengolah lahan sempitnya menjadi lahan produktif.
Untungnya akses distribusi pangan masih longgar dalam penerapan sistem PSBB di beberapa daerah, jika itu tidak terjadi, kelangkaan bisa saja terjadi, dan sumber pangan menipis, dan saya yakin, hal itu tidak pernah kita harapkan.
Setidaknya dengan menerima kenyataan bahwa kondisi masyarakat, khususnya bidang pangan yang tidak stabil, kita bisa memulai dari diri kita untuk 'membantu' pemerintah dan masyarakat di sekitar kita tetap bisa mendapatkan pangan kala krisis ini.
Mengetahui proporsi makanan kita dengan jumlah energi yang kita butuhkan adalah salah satu cara yang dapat kita upayakan. Dalam situasi normal, porsi satu piring nasi, dengan lauk pauk yang bermacam-macam, beberapa minuman menyegarkan dengan kalori yang cukup tinggi bisa kita konsumsi, karena proporsi kegiatan kita sebanding dengan apa yang kita makan.
Ditambah beberapa orang yang makan dengan porsi yang cukup hebat, namun mereka berolahraga, hal ini tidak akan dikhawatirkan ketika datang timbunan lemak pun atau obesitas. Hal ini dapat dikategorikan: wajar atau normal.
Namun, mari kita petakan situasi saat ini. Kegiatan di luar rumah, berubah menjadi di dalam rumah, bagi muslim bulan April akhir sudah berpuasa, setidaknya faktor psikis, tubuh akan meminta mengurangi kegiatan yang berat. Tidak ada gerakan yang dapat membakar kalori, kecuali mereka yang rajin berolahraga.
Dengan kata lain, ketika nergi yang dibutuhkan tidak ketika kondisi normal, maka sumber makanan juga perlu dikurangi disesuaikan dengan kapasitas energi yang diperlukan.
Setengah Piring Nasi
Dalam keadaan normal, satu piring nasi dikonsumsi memanglah ideal, namun dalam masa ini porsi tersebut setidaknya dikurangi menjadi setengah porsi, dengan satu jenis lauk, satu jenis menu sayur, dan sebuah minuman manis untuk menambah glukosa.
Jika ini dilakukan, secara kalkulasi, satu piring nasi yang hanya dikonsumsi dalam satu kali makan, bisa dikonsumsi satu hari. Bayangkan, jika awalnya dua piring nasi dalam sehari, bisa berubah dan menjadi cadangan makanan satu hari kedepan. Selain itu penumpukan karbohidrat, dan terhindar dari obesitas di pandemi ini akan terminimalisasi.
Pola pikir "cukup"
Ini dapat dilakukan dengan pengubah pola pikir kita menjadi sederhana yakni pola pikir "cukup". Pola pikir ini sebenarnya sudah dikenal di kalangan orang jawa: urip prihatin.
Ini dapat dilakukan dengan pengubah pola pikir kita menjadi sederhana yakni pola pikir "cukup". Pola pikir ini sebenarnya sudah dikenal di kalangan orang jawa: urip prihatin.
Pola pikir "cukup" ini mungkin akan sulit bagi yang terbiasa memakan porsi normal. Namun, ingat: peradaban (baru) kali ini akan dimiliki oleh orang-orang yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Artinya, standar kenormalan aktivitas manusia bisa berubah dengan situasi yang ada. Jadi, penting kita memetakan pola-pola baru setiap hari kebutuhan sesuai dengan kebutuhan kita dan kita musti bisa menyesuaikannya.
Jadi, sebagai refleksi apakah langkah mengubah pola pikir "cukup" Ini patut kita lakukan?
eva, 2020.
Komentar
Posting Komentar